ADA DUA BUDAYA YANG SEDANG BERKEMBANG DI
KALIMANTAN BARAT KHUSUSNYA DI PONIANAK DAN DI SINTANG
1. Usaha Kerajinan
Anyaman Dan Tenun Harus Terus Di Lestarikan di pontianak
2. Adat istiadat yang
berlaku di daerah kab. Sintang
KABAR
KALBAR
·
Usaha Kerajinan Anyaman Dan Tenun
Harus Terus Di Lestarikan di pontianak
Senin, 10/06/2013
Pontianak – Dengan berbekalkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dan keunggulan ketersediaan bahan baku diharapkan nantinya akan
dapat menumbuhkan usaha kerajinan anyaman dan tenun khususnya tenun ikat.
Produk aneka kerajinan anyaman rotan/bambu dan tenun ikat kalbar berpotensi
untuk dikembangkan karena dilihat dari corak, motif dan desainnya mempunyai
ciri khas tersendiri yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Hal tersebut
disampaikan Ketua Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat, Frederika Cornelis,
S.Pd pada acara pelatihan tehnis pembuatan tenun ikat motif khas kalbar dan
pelatihan tehnis diversifikasi produk kerajinan rotan/bambu.
Dikatakannya, peluang dan prospek usaha kerajinan anyaman dan tenun cukup menjanjikan, maka sudah sewajarnya pengetahuan dan keterampilan anyaman maupun menenun perlu sekali di sebarluaskan dikalangan masyarakat diantaranya melalui kegiatan pelatihan. Di samping itu, hal ini didukung oleh ketersediaan bahan baku ditempat kita yang masih ada dan belum diolah secara optimal seperti, bambu, rotan, pandan, bemban, dan lain-lain. Dengan diadakan pelatihan ini, kita harapkan, untuk menumbuhkankembangkan industri kerajinan rakyat yang berbasis sumber daya lokal khususnya bambu, rotan serat alam (pandan) dan tenun ikat, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan perajin dalam hal inovasi dan diversifikasi produk dan finising, untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap produk kerajinan yang dihasilkan oleh perajin. Berbicara soal penghargaan, sudah tidak diragukan lagi kalbar tidak kalah dengan daerah lainnya, ditingkat internasional Unisco Award yang diselenggarakan di malaysia mendapatkan peringkat pertama; kategori anyaman berbasis serat alam (pandan) yaitu “Keban Baronai” dari kapuas hulu. Sedangkan tingkat nasionalnya juara pertama kategori kerajinan berbasis kayu yang dilaksanakan oleh dekranasda pusat yaitu “Miniatur Motor Bandung” dari sanggau. Juara kedua: tingkat nasional kategori kerajinan gerabah/keramik hias yang dilaksanakan oleh dekranas pusat yaitu; keramik hias “Tempayan Naga” dari singkawang. Penghargaan itu menunjukan kepada kita bahwa, produk kerajinan kita masih memiliki daya saing yang cukup tinggi. Ungkap “Frederika Cornelis”.(Rinto/Humas Prov Kalbar). |
·
Adat istiadat yang berlaku di daerah kab. Sintang
TNI AD Kab. Sintang, Kalbar Di Hukum
Adat
20.30 Borneo Ku
Belasan orang tak dikenal di duga oknum anggota TNI mengeroyok keponakan Bupati Sintang yang sedang berkumpul bersama rekan-rekannya didepan halaman Pendopo Bupati.
20.30 Borneo Ku
Belasan orang tak dikenal di duga oknum anggota TNI mengeroyok keponakan Bupati Sintang yang sedang berkumpul bersama rekan-rekannya didepan halaman Pendopo Bupati.
Insiden
pengeroyokan dan penyerangan dirumah Dinas Jabatan Bupati Sintang oleh oknum
TNI Minggu (16/02/2013) silam dinyatakan telah selesai dan tak ada masalah
lagi, lantaran telah dibayar dan dilaksanakan Ritual Adat Dayak Ibanic Grop
oleh DAD Sintang, Kamis(28/02/2013) di Rumah Dinas Bupati Sintang atau TKP.
“Dengan
telah dilakukan Ritual Adat Sengkelan Adat Dayak maka telah berakhir pula
perseteruan antara sipil dengan TNI, artinya permasalahan tersebut telah kami
selesaikan dengan cara kekeluargaan,”ungkap Ketua 1 Dewan Adat Dayak Sintang,
Askiman”. Rentetan Ritual Adat Dayak dimaksud yakni adat kesupanan,
adat pampas yang tergabung dalam sengkelan, karena jika hal ini tak dilaksnakan
dikawatirkan akan ada marabahaya yang lebih besar lagi dan ini merupakan tolak
bala, tuturnya.
Sementara itu Bupati Sintang, Drs.
Milton Crosby, M.Si Ketua DAD Sintang menyatakan bahwa kemelut yang
terjadi di kediamanya antara oknum TNI dan keluarganya dinyatakan sudah
tak ada masalah lagi dan dengan dilakukan Ritual Adat Dayak tersebut maka
berakhir pula permasalahannya. “Insiden pengeroyokan dan penyerangan oleh
oknum TNI di rumah dinas beberapa minggu yang lalu dinyatakan selesai, karena
dari pihak TNI sudah membayar adat dan kita juga sudah melakukan ritual adat,
terangnya. Selain itu Milton juga berpesan kepada masyarakat khususnya
Kabupaten Sintang, untuk tidak mudah terpancing dengan issu-issu yang
berkembang yang tidak tahu sumbernya. “Insiden ini sudah tidak ada masalah
lagi, namun untuk proses hukum pidana kita serahkan saja pada Denpom
karena hal itu dibawah kewenangan Intern TNI, ungkapnya.
Peristiwa itu
bermula terjadi pada sabtu (16/2) sekitar pukul 10.30 wib. Salah seorang
keponakan Bupati Sintang, Emanuel menuturkan peristiwa pengeroyokan saat dia
bersama Hendrikus, Mahari dan Jen ngumpul di halaman luar Pendopo Bupati
Sintang.
Mereka
duduk-duduk diluar pagar halaman pendopo tersebut sekitar pukul 09.30 wib.
Karena dipukul lebih dahulu, mereka pun mencoba melawan. Tiba-tiba datang
segerombolan orang tidak dikenal lainnya langsung langsung memukuli mereka
berlima. Merasa terdesak, kelimanya pun lari kedalam halaman Pendopo Bupati pun
masih dikejar-kejar mereka. Emanuel mengenal seorang oknum TNI yang hendak
memukuli dirinya langsung berkata "Eh... bang, abang tak kenal saya
?" Oknum tersebut pun tidak jadi memukul. Oknum TNI tersebut dikenal oleh
Emanuel merupakan salah seorang sopir Wadanyon 642 Kapuas. Sementara rekan
Emanuel yang lain terus dipukuli oleh Oknum TNI bahkan berteriak minta tolong.
Tiba-
tiba Ny. Kati Evelina Milton berteriak ada perkelahian, pertemuanpun bubar dan
berusaha melerai termasuk bupati. Mendengar adanya keributan diluar
Pendopo Bupati, Bupati Sintang, Milton Crosby bersama bebeerapa stafnya yang
sedang rapat langsung keluar untuk mencoba melerai perkelahian di halaman
Pendopo Bupati Sintang tersebut. Tetapi para penyerang tersebut tidak
menghiraukan keberadaan Bupati, Takut Bupati kena sasaran meeka, beberapa staf
bupati melindungi dengan mengusir mereka sampai ke luar halaman
Pendopo. Para penyerang yang di kenal sebagai Oknum TNI pun akhirnya
mundur sambil berteriak mengancam akan kembali dan membawa senjata,
namun tiba-tiba ingin menyerang Emanuel yang
sudah bersama Bupati di halaman Pendopo Bupati, namun berhasil dicegah.
Istri Bupati Sintang Kati Evilina Milton Crosby menyatakan takut melihat
keponakannya itu dipukuli, berlari sambil berteriak histeris saat menyaksikan
beberapa oknum masuk dan memukuli beberapa anak-anak yang juga tinggal di rumah
jabatan Bupati Sintang. "Jangan. Itu keponakan saya," ujar Kati
saat menceritakan kejadian yang dialaminya itu kepada wartawan. Ia
mengaku turun ke lapangan bersama suaminya yang merupakan Bupati Sintang,
Milton Crosby, untuk melerai mereka. "Mereka teriak itu penjahatnya
yang pakai baju putih, tembak-tembak. Saya itu bingung kenapa keponakan saya si
Eman dibilang penjahat dan mau ditembak," kata Ketty gugup.
Akibat peristiwa tersebut, Emanuel
mengalami memar di perut, Hendrikus mengalami luka dipelipis kiri dan gigi atas
goyang, Mahari dibagian perutnya memar, Jen dibagian kepalanya luka memar, lengan
kiri lecet dan Dedeng mengalami benjol dibagian kepala. Usai kejadian tersebut
kelima korban langsung di Visum ke RSUD Ade M. Djoen. Minggu, (17/2) kelimanya
pun akhirnya melapor ke Denpom Sintang.
Kepala Penerangan Korem 121/ABW Mayor
Kav Edy Wijaya mengatakan setelah menerima laporan kejadian tersebut
pihak Korem dan batalyon mengumpulkan anggota dan menggelar apel malam
itu juga dan berusaha mencari tahu anggotanya yang terlibat dalam insiden
tersebut, namun tidak menemukan pelakuknya. “Laporanya sendiri saat ini
sudah berada di Denpom, wartawan maupun masyarakat diminta untuk tidak
mendiskreditkan TNI namun bila benar ada anggota TNI yang terlibat dalam
pemukulan itu dia akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” ujar Kapenrem Senin
(18/02). Komandan Denpom XII/1 Sintang Letkol CPM Asbowo mengatakan tak
akan melindungi bila ada anggota TNI yang terlibat dalam pengeroyokan
tersebut. Menurutnya, pihaknya akan segera melakukan penyelidikan atas
laporan yang disampaikan. Namun mengenai lamanya waktu penyelidikan ia belum
bisa memastikan.
Insiden tersebut mendapat beberapa
tanggapa keras dari tokoh-tokoh masyarakat Sintang.
- Arbudin Jauhari, seorang tokoh masyarakat Dayak Kab. Sintang dan juga pembina Bala Adat Dayak Sintang sangat menyesalkan kejadian tersebut. Dan paling menyesalkan karena Pendopo Bupati adalah wilayah steeril TNI/Polri karena sudah diatur oleh Undang-Undang, dan Milton Crosby adalah Simbol Dayak, jadi yang dipersoalkan adalah para oknum TNI sudah berani memasuki daerah steril bagi TNI/Polri dan tidak meghargai Bupati sebagai Pejabat Daerah.
- Matheus Siong, seorang Tokoh Masyarakat Dayak Sintang dan juga satu diantara orangtua Korban pemukulan dan penyerangan diduga oknum TNI Sabtu (16/02/2013) malam menyayangkan terjadinya penyerangan tersebut. Ia mengaku kecewa, sebab aparat yang seharusnya melindungi rakyat malah membuat rakyat tak tenang. "Saya jengkel sekali, ini rumah dinas bupati kalau rumah masyarakat sipil mungkin tak masalah. Apa mereka tak mengerti hukum?," katanya. Ia berharap kasus pengeroyokan dan penyerangan di rumah dinas bupati segera di proses secepat mungkin. Dan Pimpinan memberikan hukuman yang sesuai. Selain itu Ia mengatakan dari informasi yang ia peroleh, sudah ada empat nama yang terdata sebagai pelaku, yaitu tiga orang dari Batalyon 642 dan satu dari Korem. "Jika pelaku sudah ketangkap semua selain melalui proses hukum negara kita juga akan mengadakan hukum adat, karena korban sudah mengeluarkan darah" ungkapnya.
- Kadis Pendidikan Kabupaten Sintang, Drs. YAT Lukman Riberu, M.Si pada kalimantan-news.com diruang kerjannya, Rabu (20/02/2013 mengatakan dirinya merasa prihatin dan kecewa kepada aparat yang seharusnya mengayomi namun membuat ulah. “ini tidak dapat dimaafkan, karena rumah bupati merupakan simbol dari negara, oleh sebab itu kita mengharapkan kepada Denpom untuk dapat mengusut tuntas kasus ini, jangan sampai menimbulkan hal-lah yang tidak di inginkan, terangnya.
- Andreas Nikodemus, salah satu dari pemuda perbatasan merasa tidak terima dengan ulah para oknum TNI tersebut. Menurutnya seorang TNI seharusnya mengayomi bukan menghakimi tanpa sebab. Apa lagi kejadian tersebut berlangsung dikomplek rumah jabatan bupati Sintang, sementara rumah jabatan bupati merupakan simbol negara, rasa tidak masuk akal kalau oknum tersebut tidak tahu itu rumah dinas. “Yang saya dengar pak bupati juga ikut melerai, namun oknum TNI tersebut tidak mengindahkan omongan pak bupati, dan justru melawan, inikan sudah minta gara-gara, dan para pelaku juga sudah mengkonsumsi alkohol dan itu tidak dibenarkan, apa lagi seorang aparat negara”, jelasnya. Oleh sebab itu kami minta pihak yang berwewenang dapat menyelesaikan kasus ini dengan cepat, jangan sampai barang bukti yang ada pada pelaku hilang, karena ada pelaku juga yang luka pada saat itu, menurut keterangan korban, pintanya. Selain itu ia mempertanyakan kinerja Sat Pol PP Kabupaten Sintang, karena saat kejadian tidak ada seorangpun yang berada di pos jaga. "kami juga minta agar Sekda selaku pimpinan tertinggi bagi PNS Sintang, dapat menindak tegas, para anggota polri yang piket pada saat itu".
Berbeda dengan pernyataan Ketua umum
Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Sintang (FPKKS), Askiman menghimbau
masyarakat agar tenang dalam menhadapi isu yang berkembang di masyarakat
terkait perkelaian di depan pendopo rumah jabatan bupati Sintang sabtu
(16/02/13) lalu. Kita himbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh
hal-hal yang tidak jelas sumbernya, sebab. Kejadian tersebut murni perkelahian antar pemuda" kata
askiman. Isu yang berkembang saat ini semakin meluas dan tidak jelas
sehingga terkesan ada yang sengaja menghembuskan informasi yang tidak jelas dan
berbau unsur sara. "
Jangan terpancing pada unsur sara isu tentang
penyerangan kepada Ketua Dewan Adat Dayak kabupaten sintang yang juga
bupati sintang karena ini tidak benar, yang
benar adalah perkelahian antar pemuda " kata Askiman.
Pemberitaan pernyataan dari Ketua umum
Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Sintang (FPKKS), Askiman mendapat
tanggapan Bupati Sintang, Drs. Milton Crosby, M.Si akhirnya angkat
bicara.
Ia menegaskan perkelahian yang
diduga dilakukan oleh oknum TNI dilakukan persis didepan depan rumah bukan
diluar pagar rumah jabatan bupati. Hal itu diungkapkan Bupati Sintang,
Drs. Milton Crosby, M.Si, Jumat (22/02) terkait munculnya pemberitaan yang
bersumber dari TNI dan menyebutkan insident kericuhan dirumah jabatan beberapa
waktu lalu terjadi diluar pagar, padahal menurut Milton “kejadian itu persis dilakukan
saat dirinya sedang melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah stafnya,
bahkan dirinya sempat keluar dari ruang rapat dan berusaha melerai
perkelahian. “Namun insident yang terjadi sekitar pukul 10 malam itu,
tidak bisa mereda meski ia telah meminta kepada orang yang diduga oknum aparat
untuk segera menghentikan, alhasil Bupati Sintang, Drs. Milton Crosby, M.Si dan
istrinya yang lebih dahulu turun kepos jaga justru diamankan kedalam, guna
menjaga hal yang tidak diinginkan. Seperti diberitakan sebelumnya, istri
bupati sintang Ny.Kati Evelina Milton juga sempat mendengar perintah tembak
dari salah satu gerombolan orang yang diduga aparat tersebut”. Meski
demikian bupati meminta agar seluruh masyarakat tetap tenang dan tidak
terpancing isu provikatif dengan kejadian itu, karena pihaknya sudah
menyerahkan kasus tersebut sepenuhnya kepada Denpom 12/1 Sintang.
ISU BUDAYA YANG TERJADI
DI DAERAHKU SAAT INI
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
NAMA : SINTA KUSUMA AYU
NPM : 120403020085
NPM : 120403020085
DOSEN : Dra. ZAINAB
MUNQIDZAH
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMATIKA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013