Jumat, 24 Mei 2013



Betang, Rumah Kokoh Suku Dayak di Sepanjang Sungai Kapuas

 
Bagian dalam Rumah Betang (indonesia.travel)
Foto Selengkapnya:

 

Bagi Suku Dayak yang tinggal di bantaran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat, rumah lebih dari sekadar tempat bernaung. Rumah panjang bernama Betang ini adalah jati diri, sekaligus bagian dari tradisi leluhur yang lestari.

Kepulan asap itu membumbung perlahan dari belakang rumah kayu berukuran panjang. Di dalamnya, para wanita Suku Dayak sedang membuat santan untuk melengkapi hidangan makan malam. Anak-anak lelaki memanfaatkan rumah yang panjang itu dengan lomba lari dari ujung satu ke ujung lainnya. Dilanjutkan dengan memanjat pohon kelapa, lantas menyeburkan diri ke Sungai Kapuas yang menggantikan peran halaman.

Namanya Rumah Betang. Tempat tinggal Suku Dayak ini punya ciri khas lewat bentuk persegi panjang. Tak tanggung-tanggung, ada lebih dari 50 ruangan di rumah sepanjang lebih dari 100 meter itu. Dapurnya pun banyak, senantiasa menghasilkan kepulan asap di sana-sini, disertai wangi masakan yang akan membuat perut keroncongan.

Tak mungkin rumah ini luput dari pandangan saat Anda menyusuri sungai terpanjang di Indonesia, Kapuas. Walaupun tampak rapuh, namun banyak Rumah Betang yang berdiri lintas generasi. Tak sia-sia para leluhur Suku Dayak memakai kayu kelapa sebagai material utama rumah ini. Kokoh, anti rayap, sejuk saat cuaca menyengat, dan hangat saat hujan menderu kencang.

Sebagai penduduk asli pedalaman Kalimantan, Suku Dayak hidup selaras dengan alam. Mereka hidup lewat hasil pertanian, perburuan di hutan, juga kerajinan memahat kayu. Tak heran, kerajinan yang terakhir itu banyak ditemukan di tiap sudut Rumah Betang.

Kalau biasanya satu rumah adalah untuk satu keluarga, Rumah Betang dibangun untuk satu keluarga besar. Simpel, praktis, dan ekonomis. Walau begitu, desain arsitekturnya patut diacungi jempol. Rumah Betang biasanya dibangun 5-8 meter dari permukaan tanah, dengan tangga untuk menuju pintu masuknya.

Satu Rumah Betang digunakan oleh beberapa keluarga. Mengutip situs resmi Pariwisata Indonesia, Selasa (5/6/2012), sebuah Rumah Betang di kawasan Putussibau, sebelah utara Sungai Kapuas, punya 54 bilik yang masing-masing dihuni satu keluarga!

Sementara di Desa Saham, 158 kilometer dari Pontianak, Rumah Betang punya panjang 186 meter dengan lebar 6 meter. Rumah itu dihuni oleh 269 orang.

Di tengah Rumah Betang ada sebuah ruangan besar yang biasa digunakan untuk pertemuan keluarga serta upacara dan ritual. Ruangan ini pula yang jadi tempat para gadis Suku Dayak memahat kayu sebagai kerajinan khas mereka.

Walaupun desain ini mengedepankan rasa kekeluargaan, sifat aristokrat juga sangat terasa. Mereka yang punya posisi penting di Suku Dayak menempati ruangan di tengah-tengah rumah. Mereka yang posisinya lebih rendah akan menempati ruangan yang lebih dekat dengan pintu masuk.

Para traveler bisa menyambangi langsung Rumah Betang ini di sepanjang Sungai Kapuas. Ada kawasan Sunge Uluk Apalin, Melapi, Semangkok, Sungai Utik, juga Bukung.

Sayangnya, saat ini Rumah Betang lebih jarang ditemui. Perlahan, masyarakat lebih memilih untuk tinggal di rumah yang lebih kecil. Individual, alih-alih komunal. Padahal, rumah khas Suku Dayak ini adalah tradisi turun-temurun. Tak hanya menghalau panas atau membentengi tetesan air hujan.

Maka jika Anda menyusuri Sungai Kapuas, coba tajamkan indera penglihatan. Carilah kepulan asap yang membumbung tinggi dari atap Rumah Betan
g